Saturday, July 3, 2010

Anxiety/Uncertainty Management Theory (William Gudykunst ): Sebuah Review

Disarikan dari E.M. Griffin's A First Look at Communication Theory Fifth Edition

Mengenal Orang Asing

Teori Anxiety/Uncertainty Management (AUM) memusatkan bahasannya pada pertemuan antara budaya kelompok (cultural in-group) dengan orang asing (stranger). Gudykunst ingin teorinya dapat diaplikasikan di berbagai situasi di mana perbedaan antar manusia menimbulkan keraguan dan ketakutan. Ia berasumsi bahwa sedikitnya ada seseorang dalam sebuah intercultural encounter (pertemuan antar budaya) yang menjadi orang asing (stranger). Yaitu ketika ada sederet perasaan yang dialaminya, yaitu anxiety (kegelisahan) dan uncertainty (ketidakpastian)─merasa tidak aman dan tidak tahu bagaimana harus bersikap.
Gudykunst memperjelas bahwa AUM memang adalah sebuah terori yang sedang dalam keadaan construction. Teori ini bermaksud menjembatani gap/ batas budaya melalui komunikasi yang efektif.

Effective Communication: Hasil dari Mindfulness
Menurut Gudykunst, term effective communication sebagai proses untuk meminimalisasikan misunderstanding. Penulis lain menganggapnya sama dengan istilah accuracy (keakuratan), fidelity (kejituan), dan understanding (pengertian). Ia menganggap suatu komunikasi itu efrktif jika seseorang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku pihak yang lain. Teori AUM sendiri didesain untuk menjelaskan komunikasi face-to-face yang efektif. Komunikasi yang mindfulness adalah komunikasi yang mengurangi anxiety dan uncertainty, bukan malah menambahnya. Dan ini bisa dilakukan dengan memperhatikan ketika orang lain berbicara dan mencari tahu bagaimana menanggapinya dengan tepat.

William Howel menawarkan empat level kompetensi komuniksi, yaitu:
1. unconscious incompetence. Kita salah menginterpretasikan perilaku orang lain dan bahkan tidak sadar bahwa kita melakukannya. Pengabaian adalah kebahagiaan.
2. conscious incompetence. Kita tahu bahwa kita salah menginterpretasikan sikap orang lain, tetapi kita tidak melakukan apapun untuk itu.
3. conscious competence. Kita memikirkan komunikasi kita dan secara terus-menerus berusaha mengubah hal yang kita lakukan agar komunikasi kita lebih efektif.
4. unconscious competence. Kita telah membangun ketrampilan berkomunikasi pada tingkatan ketika kita tidak perlu lagi harus berpikir tentang bagaimana kita berbicara atau mendengarkan.
Menurut Gudykunst, mindfulness berarti komunikasi kita berada pada level 3.

Anxiety (Kegelisahan) dan Uncertainty (Ketidakpastian): Twin Offspring of Cultural Variability
Gudykunst percaya bahwa penyebab dasar kegagalan komunikasi dalam situasi intergrup adalah anxiety dan uncertainty. Keduanya berhubungan erat, tetapi Gudykunst membedakan keduanya. Uncertainty adalah kognitif─pengertian, dan anxiety adalah afektif─emosi. Uncertainty adalah pikiran, dan anxiety adalah perasaan. Gudykunst mendefinisikan anxiety sebagai perasaan gelisah, tekanan, khawatir atau takut akan hal yang akan terjadi. Gudykunst membuat generalisasi tentang hal ini, yaitu semakin lebar gap antar budaya, maka semakin tinggi pula level anxiety dan uncertainty yang dialami seseorang.

Namun anxiety dan uncertainty tidak selamanya buruk. Menurut Gudykunst, level minimal dari keduanya tetap dibutuhkan untuk menghindarkan kita dari malas, bosan, dan terlalu percaya diri dalam memprediksi sesuatu. Namun sedikit saja keduanya melewati ambang batas useful stimulation, ini akan menyebabkan kegagalan dalam komunikasi.

Mengatur Anxiety dan Uncertainty ketika Ada Budaya yang Bertentangan
Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif? Gudykunst menampilkan 37 aksioma yang terpisah, yang dikelompokkannya ke dalam enam kategori. Setiap aksioma menjelaskan variabel spesifik yang mempengaruhi level anxiety dan uncertainty. Di bawah ini akan ditampilkan 10 aksioma Gudykunst, yaitu:

Self dan Self-Concept
Axiom 5: kenaikan dalam self-esteem (kebanggaan) dalam diri kita ketika kita berinteraksi dengan orang lain akan menaikkan pula kemampuan kita dalam mengatur anxiety kita.

Symbolic interactionism dari Mead menawarkan self-image dengan memperhatikan bagaimana orang lain melihat kita─the looking glass self. Dasar itulah yang terlihat dalam aksioma di atas. Ketika kita merasa bangga pada diri kita, rasa percaya diri juga akan tumbuh. Di saat kita merasa percaya pada diri kita, kegelisahan kita ketika mnghadapi orang lain, akan berkurang.

Motivasi untuk Berinteraksi dengan Orang Asing
Axiom 7: kenaikan dalam kebutuhan merasa diterima dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menaikkan anxiety kita.
Ketika kita begitu ingin diterima dalam suatu kelompok, kita akan makin gelisah dan pikiran kita akn dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana harus bersikap, apa yang harus dikatakan agar kita bisa diterima di kelompok itu.

 Reaksi terhadap Orang Asing

Axiom 12: kenaikan dalam ketrampilan kita untuk secara kompleks memproses informasi tentang orang asing akan menaikkan kemampuan kita dalam memprediksi perilaku mereka secara akurat.
Teori constructivism dari Delia menggagas bahwa orang dengan kemampuan kognitif yang kompleks memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Axiom 15: semakin tinggi kemampuan kita untuk mentolerir ambiguitas ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan meningkatkan kemampuan kita dalam mengontrol anxiety kita dan meningkatkan kemampuan kita untuk secara akurat, memprediksi perilaku orang asing.

Axiom 16: semakin tinggi kemampuan kita untuk berempati kepada oran gasing akan semakin tinggi pula kemampuan kita untuk memprediksi perilaku orang lain secara akurat.

 Pengkategorian Sosial Orang-Orang Asing

Axiom 20: semakin tinggi persamaan personal yang kita rasakan antara kita dengan orang asing, semakin tinggi pula kemampuan kita untuk mengontrol anxiety dan kemampuankita dalam memprediksi perilakunya. Boundary condition: mengerti perbedaan kelompok itu kritikal hanya jika ketika seorang asing benar-benar punya banyak persamaan dengan kelompok.

Axiom 25: semakin tinggi kewaspadaan kita terhadap pelanggaran orang asing terhadap keinginan positif kita atau penegasan trhadap keinginan negative kita, semakin tinggi pula anxiety kita dan semakin menurun rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku mereka.

 Situational Precesses

Axiom 27: peningkatan situasi informal ketika kita berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan anxiety kita dan peningkatan kepercayaan diri kita dalam memprediksi perilaku orang asing.

 Connection with Strangers

Axiom 31: peningkatan ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan anxiety kita dan peningkatan kepercayaan diri kita dalam memprediksi perilakunya.

Axiom 37: peningkatan network (jaringan) yang kita bagi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan anxiety dan peningkatan kepercayaan diri kita dalam memprediksi perilakunya.

Kritik: Overwhelmed by Intergroup Variables─Dipenuhi dengan Variabel-Variabel Intergroup
Beberapa kritik yang ditujukan para ahli pada teori ini adalah:
 Jika teori uncertainty reduction dari Berger menampilkan 7 aksioma yang diperluas menjadi 21 teorem, Gudykunst dalam AUM malah menawarkan 47 aksioma yang bisa diperluas lagi. Nampaknya sulit merangkul semuanya dalam hubungan anxiety, uncertainty, mindfulness, dan effective communication.

 Pada aksioma 47, disebutkan bahwa peningkatan kemampuan kita dalam mengontrol anxiety mengenai berinteraksi dengan orang asing dan peningkatan pada prediksi yang akurat serta penjelasan mengenai perilakunya, akan menghasilkan peningkatan pada keefektifan komunikasi kita. Meskipun aksioma inti ini sifatnya conditional, tetap saja aksioma ini bermaksud menyatakan bahwa hanya dengan ‘mindful’ terhadap orang asing, komunikasi yang efektif bisa tercapai. Gudykunst lantas menambahkan anxiety dan uncertainty di bawah ambang batas tidak akan menghsilkan peningkatan dalam keefektifan. Dan dan anxiety serta uncertainty di atas ambang batas maksimum akan menyebabkan penurunan keefektifan.

1 comment: