Saturday, July 3, 2010

Cultivation Theory (George Gerbner)

Disarikan dari E.M. Griffin's A First Look at Communication Theory Fifth Edition

George Gerbner menyatakan bahwa penggemar berat televisi (TV) sebenarnya membangun kepercayaan yang terlalu berlebihan pada a mean and scary world. Kekerasan yang mereka lihat di TV dapat menanamkan sebuah social paranoia yang berlawanan dengan pemikiran tentang lingkungan yang aman dan keberadaan orang-orang yang dapat dipercaya. Gerbner melihat TV sebagai kekuatan dominan dalam membentuk masyarakat modern. Dan ia yakin bahwa kekuatan TV terletak pada symbolic content dari real-life drama yang ditampilkannya setiap saat. Setelah broadcast berkembang, TV mendominasi lingkungan symbols, yang menceritakan sebagian besar cerita pada masyarakat dengan durasi waktu terbanyak.

Menurut Gerbner, yang disaksikan penonton TV setiap harinya adalah unsur kekerasan (violence). Ia menyatakan bahwa kekerasan adalah cara dramatic termudah dan termurah untuk menunjukkan siapa yang menang dalam permainan hidup. Dan ia sangat khawatir pada dampak yang lebih luas dan secara potensial, dapat merugikan, yaitu bahwa kekerasan TV meyakinkan penonton bahwa benar-benar ada “a jungle out there ” (rasa tidak aman yang besar).

Intinya, Gerbner membahas hubungan antara media komunikasi dengan kekerasan.

Indeks Kekerasan
Untuk mengukur tingkat kekerasan yang ditampilkan TV, Gerbner menggariskan aturan-aturan sebagai tuntunan pelaksanaannya. Yang pertama, ia menetapkan definisi dramatic violence sebagai ‘ekspresi yang merupakan tindakan dengan maksud buruk lewat kekuatan fisik (dengan atau tanpa senjata, melawan diri sendiri atau orang lain) tindakan memaksa untuk melawan keinginan orang lain dengan menimbulkan rasa sakit dan atau terbunuh atau diperlakukan sangat victimized sebagai bagian dari rencana’. Setelah itu, ia mengukur level kekerasan secara keseluruhan. Hasilnya, indeks tahunan yang ditemukan tentang level kekerasan, sungguh stabil.

Kekerasan yang Sama; Resiko yang Berbeda
Dari sekian banyak acara TV yang menampilkan gambaran kekerasan, karakter-karakter kepahlawanan kebanyakan menampilkan inequality yang besar terhadap usia, ras, dan gender pada saat menerima kekerasan terakhir. Orangtua dan anak-anak lebih banyak disakiti atau dirugikan daripada remaja dan orang dewasa. Dalam kasus ‘victimage’, keturunan Afrika-Amerika dan Hispanic dibunuh atau dipukuli lebih banyak daripada keturunan Caucasian. Orang kulit hitam digambarkan sebagai orang yang kasar dan cenderung menggunakan kekerasan. Sangat mengejutkan ketika TV menampilkan underrepresentation akan kelompok minoritas.
Kesimpulannya, proyek Cultural Indicator yang dibuat Gerbner mengungkapkan bahwa orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat Amerika diposisikan dalam a symbolic double jeopardy (bahaya simbolik ganda). Keberadaan mereka dikecilkan, dan di saat yang sama, kerawanan mereka terhadap kekerasan, dilebih-lebihkan.

Membangun Profil Viewer
Gerbner melakukan survey tentang behavior dan attitudes penonton TV. Ada dua kategori pemirsa TV menurutnya, yaitu penonton yang “light” dan “heavy”. Light user adalah penonton yang menonton TV tak lebih dari 2 jam sehari. Light user selektif dalam memilih acara TV yang mereka tonton. Serignkali hanya acara favoritnya saja. Sedangkan heavy user adalah penonton yang menonton TV minimal 4 jam sehari dan menonton TV secara terus-menerus. Menurut Gerbner, heavy user melihat dunia lebih berbahaya daripada occasional atau light user.

Pikiran yang Dibajak atau Dibentuk oleh Televisi Menumbuhkan Fearful Thoughts
Karena Gerbner percaya bahwa kekerasan adalah tulang punggung dari drama TV, dan karena setiap orang memiliki durasi waktu yang berbeda dalam menonton TV, Gerbner mencoba menemukan the cultivation differential. Yaitu perbedaan dalam persentase memberikan “television answer” dalam perbandingan kelompok light dan heavy viewers. Menurut Gerbner, TV telah masuk dalam kehidupan manusia ketika dalam usia yang sangat dini. Ia melihat 4 hal dalam surveynya, yaitu:

Chances of involvement with violence. Heavy user diprediksikan terlibat dalam violence lebih sering daripada light user. prediksi ini bergantung pada keinginan yang hebat dari para heavy user untuk membenarkan agresi fisik. Kenyataannya, anak-anak yang sering menonton TV setuju bahwa kita boleh memukul orang lain jika kita marah terhadap mereka dengan alasan yang bagus.
Fear of walking alone at night. Heavy users cenderung melebih-lebihkan (overestimate) aktivitas kriminal, dan percaya bahwa aktivitas kriminal ini sepuluh kali lebih buruk daripada yang sebenarnya terjadi.
Perceived activity of police. Heavy viewers percaya bahwa 5 persen masyarakat terlibat dalam law enforcement.
General mistrust of people. Heavy viewers mencurigai motif-motif tindakan orang lain. mereka akan berkata, ‘lakukan suatu hal terhadap orang lain sebelum mereka melakukan hal itu terhadapmu’. Mereka hidup dalam kecurigaan dan tidak pernah bisa mempercayai orang lain.

Mainstreaming
Mainstreaming digunakan Gerbner untuk menggambarkan proses ‘mengaburkan, mencampur, dan membelokkan’, yang dialami heavy viewers. TV membangun a commonality of outlook. TV menghomogenisasi penontonnya supaya heavy viewers memiliki kesamaan orientasi, perspektif, dan makna satu sama lain. Menurut Gerbener, television answer adalah the mainstream.

TV mengaburkan perbedaan politik dan ekonomi. Misalnya, presiden SBY ketika dulu berkampanye lewat AFI Indosiar, penonton melihat itu sebagai hiburan dan kepentingan ekonomi Indosiar. Padahal itu adalah kampanye politik utnuk memperebutkan kekuasaan.
Heavy viewers menganggap dirinya sebagai politikus moderat. Sebagian besar tokoh dalam drama TV tidak menyukai aliran ekstrim, kanan maupun kiri. Namun perilaku mereka, menurut Cultural Indicator, adalah konservatif. Maka the mainstream bukanlah middle of the road.

Resonance
Gerbner juga menjelaskan mengenai ketakutan yang besar dalam diri viewers dengan proses resonance. Banyak viewers pernah mengalami tindak kekerasan dalam hidup mereka. TV dapat menyebabkan viewers mengingat kembali peristiwa itu lewat tayangan berulang-ulang yang merupakan gambaran symbolic atas peritiwa itu. Heavy viewers harus mengalami kekerasan fisik yang sama dengan dosis ganda.

Kritik: Apa The Cultivation Differential Itu Nyata, Luas, Krusial?
Kritik mendasar terhadap teori Gerbner adalah:
 Definisi violence-nya menuai banyak kritik dari segi program yang dipilihnya untuk analisis isi, keputusannya untuk mengumpulkan bersama semua tipe program dramatic (action, opera sabun, sitcom, dsb), asumsinya bahwa selalu ada television answer yang konsisten, caranya memilih responden yang tidak random, standar pengukuran light dan heavy viewers hanya berdasarkan perhitungan waktu per hari yang sederhana, metode statistiknya dalam menganalisis data, interpretasinya pada data korelatif , dsb.

1 comment:

  1. The Rooftop Casino Hotel | DRM CD
    A luxurious retreat located 포천 출장마사지 in 경상북도 출장마사지 Rooftop Casino Hotel. Experience the excitement 부천 출장안마 of the casino without leaving your house. No resort fees!‎Guest Rooms · ‎Lazy 여수 출장샵 · ‎Pool Suites · ‎Special 익산 출장샵 Events

    ReplyDelete