Saturday, July 3, 2010

The Media Equation (Byron Reeves dan Clifford Nass): Sebuah Review

Disarikan dari E.M. Griffin's A First Look at Communication Theory Fifth Edition

Reeves dan Nass tertarik pada cara orang berinteraksi dengan television, computer, dan media high-tech lainnya. Berdasarkan research program yang akan dipaparkan di bawah ini, Reeves dan Nass yakin bahwa orang memperlakukan media komunikasi seperti memperlakukan manusia.

The Media Equation: Media = Real Life
Dalam bukunya, The Media Equation, Reeves dan Nass menggagas bahwa kita menanggapi (response) media komunikasi seolah-olah media itu hidup. Implikasi praktis dari media equation ini adalah ketika kita menyalakan TV atau komputer kita, kita mengikuti aturan dari interpersonal interaction yang kita lalui selama hidup kita. Ini adalah human-media relations. Reeves dan Nass mengatakan bahwa media equation ini sifatnya sangat basic atau mendasar, jadi, “it applies to everyone, it applies often, and it is highly consequential”.

Beyond Intuition that Protests: “Not Me, I Know A Picture Is Not A Person”
The media equation jelas-jelas counterintuitive. Ketika kita menonton TV atau browsing internet, tidak seorangpun dari kita yang akan mengakui bahwa kita sebenarnya tengah merespons gambar-gambar di layar seolah-olah gambar-gambar itu nyata. Kita tahu bahwa yang ada di layar adalah gambar-gambar imajiner atau hanya representasi dari benda aslinya. Reeves dan Nass menyatakan sebaliknya. Keduanya menyatakan bahwa sebenarnya orang merespons media secara sosial (socially) dan alami (naturally), meskipun mereka mereka tahu itu adalah hal yang tidak masuk akal untuk dilakukan , dan meskipun mereka tidak berpikir bahwa respons itu mencirikan diri mereka sendiri. Suatu kondisi di mana perilaku kita tidak dipengaruhi atau disesuaikan dengan situasi yang kita alami. Di satu sisi kita bilang “not me” yang merepresentasikan bahwa kita adalah makhluk independen dan kita sadar bahwa yang kita lihat adalah buatan. Di sisi lain, kita menanggapi gambar-gambar itu seperti kita tengah melakukan interaksi interpersonal dengan seseorang.

Otak Lama Dibodohi Teknologi Baru
Untuk menjelaskan alasan mengapa manusia menanggapi media secara sosial dan alami, Reeves dan Nass menggunakan teori langkah evolusi yang lambat. Menurut mereka, otak manusia terlibat hanya dalam aktivitas dan perilaku sosial, dan melihat semua objek yang dirasakan adalah benda nyata. Apapun yang kelihatan nyata, menjadi benara-benar nyata. Jadi sebenarnya kita belum beradaptasi dengan keberadaan media baru sehingga apapun yang kelihatan nyata, dipersonifikasikan oleh kita.

Orang tentu saja bisa berpikir bahwa diri mereka tidak primitif dan tidak dapat begitu saja dikontrol media. Misalnya ketika kita menonton film horror, kita terus berusaha menghilangkan rasa takut atau rasa sedih kita dengan berkata pada diri sendiri, “ini tidak nyata. Ini tidak nyata. Ini bohong”. Namun sayangnya, jarang sekali kita melakukan itu. Kalaupun kita berusaha melakukannya, kita tidak mampu melakukannya secara konsisten atau terus-menerus ketika gambar-gambar dan suara-suara itu ada tepat di hadapan kita.

Membuktikan The Equation


Interpersonal Distance─jarak interpersonal. Sebuah penelitian dilakukan mengenai perubahan emosi, sikap, dan gesture beberapa orang ketika mereka sedang berhadapan dengan gambar orang yang tengah berbicara kepada mereka di layar TV dengan jarak yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa jarak antara penonton dengan TV berpengaruh terhadap perubahan sikap, emosi, dan gesture penonton. Menurut Reeves dan Nass, orang beranggapan bahwa sebuah gambar wajah, berhubungan dengan ukurannya, hanya merupakan simbol yang merepresentasikan orang yang tidak benar-benar ada di situ. Namun lebih dari itu, ukuran wajah secara luas mempengaruhi response psikologis─dari rasa ingin mendekat, sampai penilaian terhadap karakter.

Similarity and Attraction─persamaan dan daya tarik. Microsoft dan Macintosh memproduksi dua jenis software computer. Yang pertama Max, yaitu komputer yang menggunakan kata-kata perintah, menunjukkan dominansi terhadap pemakai. Yang kedua bernama Linus, yaitu komputer yang menggunakan kata-kata submissive. Reeves dan Nass menyatakan hal ini berpengaruh pada para pemakai komputer. Menurut mereka, ketika mesin dilengkapi dengan personality-like characteristics, orang akan merespons mesin seolah-olah benda itu punya personality. Meskipun orang-orang ini menyatakan bahwa mereka tidak percaya mesin benar-benar punya kepribadian.

Source Credibility─kredibilitas sumber. Misalnya, ketika kita mendengar dari teman kita tentang insiden pemboman di suatu daerah, kita tidak akanmudah percaya. Tetapi ketika kita menonton berita mengenai pemboman itu di TV lewat pembawa acra berita yang terkenal dan kredibel seperti Rosiana Silalahi, kita tentu akan lebih percaya pada Rosiana. Meskipun kita tahu bahwa mungkin saja Rosiana hanya membacakan berita saja tanpa menulis berita itu.

Kritik: One-Way Relationship yang Menggugah Rasa Ingin Tahu
Beberapa kritik yang disampaikan bagi teori ini adalah:
 Reeves dan Nass menggunakan konsepsi interpersonal communication dari sosial psikologi, bukan dari bidang komunikasi. Kebanyakan social-psych research melihat interpersonal communication sebagai komunikasi satu arah (one-way). Sebaliknya, kebanyakan ahli komunikasi mendefinisikan interpersonal communication sebagai the construction of shared meaning yang mempelajari pesan two-way flow, yang kemudian menciptakan common interpretation.
 Reeves dan Nass telah menunjukkan hasil yang mengejutkan mengenai anggapan mereka bahwa media berdampak pada parallel interpersonal effects. Namun ketika media equation ini diterapkan dalam beberapa penamuan mengenai shared meanings seperti constructivism, relational dialectics, atau program penelitian interpersonal lain, teori media equation lebih seperti metaphor yang kuat daripada kepastian matematis.

No comments:

Post a Comment